Ulasfakta – Di tengah arus modernisasi dan berkembangnya teknologi transportasi, tak banyak yang menyangka bahwa becak masih menjadi pilihan andalan sebagian warga, terutama di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Di kawasan yang dikenal dengan sebutan Kota Gurindam ini, puluhan pengayuh becak masih bertahan menggantungkan hidup dari roda tiga mereka. Setiap hari, dari pagi hingga malam, mereka lalu lalang di kawasan Kota Tua, terutama di sekitar Pelantar dan Pasar Baru.
Becak-becak ini bukan hanya digunakan untuk mengangkut orang, tapi lebih sering dimanfaatkan sebagai alat angkut barang dagangan para pedagang pasar. Dengan kemampuannya menembus gang-gang sempit, becak menjadi solusi praktis untuk distribusi barang menuju lapak-lapak yang berada di atas laut, seperti di Pelantar 2.
“Kalau tidak ada tukang becak, kami kesulitan mengangkut barang ke dalam pelantar,” tutur Aseng, pedagang di Pasar Baru Tanjungpinang, Rabu, 21 Mei 2025.
Bertahan di Tengah Ketidakpastian
Salah satu pengayuh becak, Haju, yang telah lebih dari satu dekade menjalani profesi ini, mengaku penghasilannya tak menentu. Meski demikian, ia tetap setia mengayuh becak sambil merangkap sebagai juru parkir.
“Sehari bisa dapat Rp50.000. Kadang cukup, kadang tidak. Tapi saya tetap jalan,” ujarnya.
Pelabuhan Sri Bintan Pura: Becak dan Harapan
Pemandangan serupa juga terlihat di Pelabuhan Sri Bintan Pura. Di sana, tukang becak berjejer menunggu penumpang kapal yang membawa barang dagangan. Mereka menjadi mata rantai penting dalam distribusi barang ke toko-toko di sekitar Kota Tua.
Salah satu sosok yang melegenda di pelabuhan ini adalah Suparno, seorang kakek berusia 75 tahun yang masih aktif mengayuh becak. Ia dikenal luas karena selalu mengenakan topi sekolah dasar dan semangatnya yang tak pernah surut.
“Sudah 51 tahun saya mengayuh becak di sini,” kata Suparno sembari tersenyum.
Baginya, pekerjaan ini bukan sekadar mencari nafkah. “Ini olahraga saya, juga ladang berkah. Saya bersyukur masih diberi kesehatan sampai sekarang,” lanjutnya.
Suparno bahkan telah dipercaya oleh banyak pemilik toko sebagai pengantar barang tetap. Beberapa di antaranya bahkan menganggapnya sebagai bagian dari keluarga sendiri.
Di Tengah Kemajuan, Becak Tetap Berarti
Meski zaman terus berubah, kehadiran para pengayuh becak di Tanjungpinang membuktikan bahwa moda transportasi tradisional ini masih memiliki tempat di hati masyarakat. Bukan hanya sebagai alat bantu angkut, tapi juga simbol ketekunan, kerja keras, dan sejarah yang terus hidup di tengah modernitas.