Ulasfakta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini banjir rob yang diprediksi melanda pesisir Kabupaten Bintan selama sepekan ke depan, mulai Rabu (26/2) hingga Selasa (4/3). Selain berdampak pada pemukiman warga, banjir rob juga berpotensi mengganggu aktivitas ekonomi, terutama bagi nelayan dan pedagang di wilayah pesisir.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang, Ahmad Kosasih, menyebutkan bahwa banjir rob berisiko terjadi di beberapa kecamatan pesisir, seperti Bintan Timur, Bintan Utara, dan Teluk Sebong.
“Kawasan ini memang menjadi langganan banjir rob setiap tahun. Kami mengimbau masyarakat, terutama yang beraktivitas di pesisir, untuk lebih waspada,” ujar Kosasih, Rabu (26/2).
Nelayan Terancam Tak Bisa Melaut
Salah satu dampak terbesar dari banjir rob adalah terhentinya aktivitas nelayan. Ketua Kelompok Nelayan Bintan Timur, Abdul Rahman, mengungkapkan bahwa air pasang tinggi membuat nelayan sulit melaut, terutama bagi mereka yang menggunakan kapal kecil.
“Saat banjir rob terjadi, ombak lebih besar dan angin kencang. Nelayan tradisional seperti kami tidak berani melaut karena risiko terlalu tinggi,” katanya.
Selain itu, banyak dermaga kecil dan tempat tambatan kapal yang ikut terendam. Akibatnya, nelayan kesulitan melakukan bongkar muat hasil tangkapan. Jika kondisi ini berlangsung lama, harga ikan di pasar bisa ikut naik.
“Biasanya kalau nelayan tak melaut beberapa hari, harga ikan mulai mahal di pasaran,” tambahnya.
Pasar Tradisional dan Pedagang Kaki Lima Kewalahan
Tak hanya nelayan, banjir rob juga berdampak pada aktivitas di pasar tradisional, terutama yang berada di daerah rendah dan dekat dengan laut. Pasar Barek Motor di Bintan Timur sering menjadi langganan genangan akibat rob, menyebabkan pedagang kesulitan berjualan.
Salah satu pedagang sayur, Marni, mengeluhkan bahwa air pasang yang masuk ke pasar menyebabkan lantai licin dan becek. Selain itu, beberapa komoditas yang sensitif terhadap air, seperti beras dan sayur-mayur, bisa cepat rusak.
“Kalau banjir, orang juga malas belanja. Jualan jadi sepi, apalagi kalau air pasang datang pagi atau sore saat pasar ramai,” ungkapnya.
Beberapa pedagang kaki lima yang biasa berjualan di tepi pantai pun harus menutup lapaknya lebih awal saat air mulai naik.
“Kami sudah biasa menghadapi rob, tapi tetap saja rugi kalau harus berhenti jualan,” kata Jefri, pedagang makanan di kawasan Pantai Trikora.
BMKG: Waspadai Potensi Banjir Lebih Besar
Menurut BMKG, banjir rob terjadi akibat kenaikan permukaan air laut yang dipengaruhi oleh faktor astronomis, seperti gravitasi bulan terhadap bumi. Selain itu, angin kencang dan gelombang tinggi dari Laut Natuna dan Selat Malaka bisa memperparah dampaknya.
“Fenomena ini bisa menyebabkan genangan lebih tinggi dari biasanya, terutama di daerah pesisir yang lebih rendah dari permukaan laut,” jelas Kosasih.
Untuk mengurangi dampak ekonomi yang ditimbulkan, masyarakat diminta melakukan antisipasi, seperti:
✅ Nelayan sebaiknya memperhatikan informasi cuaca sebelum melaut.
✅ Pedagang di pasar bisa menyiapkan penyangga untuk menghindari barang dagangan terkena air.
✅ Warga pesisir disarankan mengamankan barang-barang berharga di tempat yang lebih tinggi.
“Kami akan terus memantau kondisi dan memberikan peringatan lebih lanjut jika diperlukan,” pungkas Kosasih.