Ulasfakta.co – Keributan yang melibatkan pria berinisial TSD alias Z kembali mencuat di lingkungan RSUD Raja Ahmad Tabib (RAT), Tanjungpinang. Bahkan, Z disebut-sebut suami dari keponakan Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad.
Peristiwa terakhir terjadi pada 12 Agustus 2025. Meski sempat memicu kegaduhan di area rumah sakit, Direktur RSUD RAT, Bambang, menyatakan insiden itu tidak mengandung unsur kekerasan fisik. Pernyataan tersebut dinilai janggal dan memunculkan spekulasi adanya upaya perlindungan terhadap Z.
“Jadi terdengar suara keributan, ya. Faktor penyebabnya saya kurang tahu. Tapi yang bersangkutan datang ke sini, sempat emosi, sudah minta maaf. Tidak ada pemukulan, hanya kegaduhan sesaat saja,” ujar Bambang kepada wartawan, Rabu, 20 Agustus 2025.
Bambang menyebut keributan kemungkinan berkaitan dengan tagihan proyek 2022–2023 yang belum dibayar, termasuk biaya pemeliharaan BHP sebesar Rp280 juta, pemeliharaan genset Rp80 juta, dan pengelolaan parkir Rp100 juta.
Menurut dia, pembayaran belum dilakukan karena dokumen telah diaudit oleh Inspektorat. Namun, sejumlah pegawai internal RSUD RAT memberikan kesaksian berbeda.
Mereka menyebut Z kerap membuat keributan dan melakukan intimidasi terhadap staf rumah sakit. Bahkan, beberapa menyebut adanya tindakan kekerasan dan ancaman pembunuhan.
“Dia sering datang bikin keributan. Kadang marah-marah, tendang kursi-meja, sampai melakukan kekerasan fisik. Ada staf yang pernah dipukul. Bahkan ada pejabat yang diancam mau dibunuh,” kata salah satu pegawai yang enggan disebut namanya, Rabu, 14 Agustus 2025.
Informasi tersebut diperkuat oleh pihak kepolisian. Kasat Reskrim Polresta Tanjungpinang, AKP Agung Tri Poerbowo, membenarkan adanya laporan terkait dugaan ancaman pembunuhan.
“Saat ini baru satu saksi yang kita periksa. Yang lain segera menyusul,” ujarnya, Minggu, 17 Agustus 2025.

Pernyataan Direktur RSUD RAT yang cenderung meremehkan insiden ini menuai pertanyaan. Dugaan kedekatan Z dengan petinggi nomor 1 di Kepri itu menimbulkan spekulasi bahwa Bambang enggan mengambil sikap tegas karena kekhawatiran terhadap posisinya sebagai pimpinan rumah sakit.
Padahal, riwayat keributan Z di RSUD RAT bukan kali pertama. Sebelumnya, ia disebut pernah memukul staf inventaris dan mengintimidasi pejabat rumah sakit. Kontras dengan pernyataan resmi direktur, para pegawai menilai insiden ini bukan sekadar “emosi sesaat”.
Meski Bambang menutup klarifikasinya dengan menyebut bahwa pihaknya mengedepankan transparansi, hal itu justru memunculkan pertanyaan baru.
“Kami ingin langkah ini transparan agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari,” ujarnya.
Namun, bagaimana mungkin transparansi bisa ditegakkan jika dugaan kekerasan dan intimidasi terhadap pegawai diabaikan?
(apr)
Tinggalkan Balasan