Ulasfakta – Menjelang bulan suci Ramadan 1446 Hijriah, Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Kepulauan Riau (Kepri) menggelar rukyat hilal di Pantai Setumu, Pulau Dompak, Jumat 28 Februari 2025. Hasil pengamatan ini akan menjadi dasar dalam penentuan awal Ramadan, yang kemudian akan diputuskan dalam sidang isbat nasional.
Kabid Binmas Islam Kemenag Kepri, Ahmad Husain, menyatakan bahwa kegiatan ini dilakukan serentak di seluruh Indonesia, melibatkan berbagai pihak seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta instansi terkait lainnya.
“Rukyat hilal akan kami lakukan sore ini bersama tim dari berbagai lembaga. Namun, kepastian apakah hilal terlihat atau tidak masih menunggu hasil pengamatan,” kata Ahmad Husain, Jumat (28/2).
Sidang Isbat Jadi Penentu Awal Ramadan
Hasil rukyat hilal di berbagai wilayah akan dikompilasi dalam sidang isbat yang digelar oleh Kementerian Agama RI. Jika hilal terlihat, maka 1 Ramadan ditetapkan keesokan harinya. Namun, jika tidak terlihat, maka awal puasa bisa mundur satu hari mengikuti metode istikmal (menggenapkan bulan Syaban menjadi 30 hari).
“Jika sore ini hilal dapat terlihat, kemungkinan besar tarawih akan dilaksanakan malam ini. Namun, jika tidak, awal Ramadan bisa jatuh lusa,” jelas Ahmad Husain.
Perbedaan Penentuan Awal Ramadan Masih Dimungkinkan
Meski rukyat hilal dilakukan secara nasional, Ahmad Husain juga menegaskan bahwa potensi perbedaan awal Ramadan antarorganisasi Islam tetap ada, terutama antara metode rukyat (pengamatan langsung) dan hisab (perhitungan astronomi).
“Kita menghormati perbedaan metode yang digunakan oleh organisasi Islam lain. Namun, hasil sidang isbat tetap menjadi acuan utama pemerintah dalam menetapkan awal Ramadan secara resmi,” pungkasnya.
Dengan adanya rukyat hilal ini, masyarakat diharapkan menunggu hasil keputusan sidang isbat sebelum menetapkan kapan memulai ibadah puasa.