Tragedi di Jembatan Dompak: Pesan Terakhir Maria Sebelum Melompat

Ulasfakta – Tragedi percobaan bunuh diri kembali mengguncang warga Tanjungpinang. Maria, seorang mahasiswi STIE Tanjungpinang, nekat melompat dari Jembatan Dompak, Rabu (12/3/2025) dini hari. Kejadian ini semakin memilukan setelah terungkap bahwa korban sempat mengirim pesan terakhir kepada temannya sebelum melakukan aksi nekat tersebut.

Menurut kesaksian Feny, sahabat dekat Maria, korban sempat menghubunginya melalui WhatsApp sekitar pukul 02.00 hingga 03.00 WIB.

“Dia kirim pesan ke saya, isinya ‘Apa aku lompat aja ya dari jembatan?’,” ungkap Feny.

Khawatir dengan kondisi temannya, Feny segera mencoba menghubungi Maria kembali, namun tidak ada respons. Merasa ada yang tidak beres, ia langsung menuju ke kos Maria.

“Waktu saya sampai di kosannya, dia sudah tidak ada. Saya panik dan langsung mencari ke Jembatan Dompak. Saat tiba di sana, saya menemukan motornya,” lanjutnya.

Tanda Tanya Besar: Apa yang Dihadapi Maria?

Feny mengaku terkejut dengan keputusan nekat Maria. Selama ini, sahabatnya itu tidak pernah bercerita tentang masalah pribadi, baik soal keluarga, keuangan, maupun percintaan.

“Dia asli Kijang, tapi saya benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Maria tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kalau dia punya masalah besar,” ujarnya.

Hingga saat ini, belum ada informasi lebih lanjut mengenai penyebab utama yang mendorong Maria mengambil tindakan ekstrem tersebut. Pihak berwenang masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Pentingnya Dukungan Mental dan Sosial

Kasus ini kembali menyoroti pentingnya dukungan sosial dan kesadaran akan kesehatan mental, terutama di kalangan mahasiswa yang sering mengalami tekanan akademik dan pribadi. Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda stres berat atau berbicara tentang keinginan untuk mengakhiri hidup, penting bagi orang terdekat untuk segera mengambil tindakan, seperti memberikan dukungan emosional atau mencari bantuan profesional.

Bagi masyarakat yang mengalami tekanan psikologis, jangan ragu untuk berbicara dengan orang yang dipercaya atau menghubungi layanan konseling. Tragedi seperti ini diharapkan bisa menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa setiap individu membutuhkan dukungan dan kepedulian dari lingkungan sekitar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *