Ulasfakta.co – Indonesia telah dipilih sebagai lokasi untuk uji klinis fase tigavaksin tuberkulosis (TBC) yang dikembangkan oleh Bill Gates, pendiri Microsoft dan seorang filantropis terkemuka. Vaksin ini, yang dikenal dengan nama M72/AS01E, didanaioleh The Bill & Melinda Gates Medical Research Institute dan melibatkan kolaborasi dengan sejumlah peneliti di Indonesia. Prof Dr dr Erlina Burhan, seorang Guru Besar di bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi di Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa ia berperan sebagaiNational Principle Investigator dalam penelitian ini.

Uji klinis ini merupakan bagian dari upaya untukmengentaskan penyakit pernapasan, khususnya TBC, yang masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Denganadanya penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkanpemahaman tentang efektivitas vaksin dalam melawan TBC dan memberikan solusi yang lebih baik untuk mengatasipenyakit ini di masyarakat. Untuk informasi lebih lanjutmengenai vaksin TBC M72 dan uji klinisnya. (detikHealth.com 8 Mei 2025)

Menurut seorang Spesialis Peneliti Klinis & Pengembangan Obat di PATH, uji coba vaksin di suatu negara dapat memberikan dampak yang beragam, baik positif maupun negatif. Meskipun ada potensi untuk mentransfer teknologi dan meningkatkan kapasitas penelitian di Indonesia, kita tidak bisa menutup mata terhadap risiko yang mungkin muncul. Keterbatasan infrastruktur kesehatan, kurangnya tenaga medis yang terlatih, dan potensi dampak negatif terhadap masyarakat yang terlibat dalam uji coba harus menjadi perhatian utama. . (TribunBengkkulu.com 8, Mei 2025)

Kesehatan masyarakat tidak boleh menjadi korban dari eksperimen ilmiah. Setiap langkah dalam uji coba ini harus dilakukan dengan transparansi dan akuntabilitas yang tinggi. Jika vaksin ini terbukti efektif, manfaatnya harus dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya segelintir orang yang terlibat dalam penelitian. Tindakan yang harus diambil adalah memastikan bahwa uji klinis ini tidak hanya berfokus pada pengembangan vaksin, tetapi juga pada peningkatan sistem kesehatan secara keseluruhan.

Pemerintah dan lembaga terkait harus berkomitmen untuk memperkuat infrastruktur kesehatan, memberikan pelatihan yang memadai bagi tenaga medis, dan menjamin akses yang adil bagi masyarakat terhadap vaksin yang dihasilkan. Jika tidak, kita hanya akan menciptakan ilusi kemajuan di tengah krisis kesehatan yang berkepanjangan. Kita tidak bisa lagi berdiam diri. Sudah saatnya untuk bertindak tegas dan memastikan bahwa kesehatan masyarakat menjadi prioritas utama dalam setiap langkah penelitian dan pengembangan vaksin di Indonesia.

Dengan angka kematian akibat tuberkulosis (TBC) yang mencapai hampir 100.000 per tahun, kita harus menyadari bahwa setiap keputusan yang diambil akan berdampak langsung pada kehidupan jutaan orang. Vaksin yang dihasilkan dari uji klinis ini harus dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya bagi mereka yang terlibat dalam penelitian. Kesehatan adalah hak asasi manusia, dan tidak seharusnya ada diskriminasi dalam hal akses terhadap perawatan dan pencegahan penyakit.

Lebih dari itu, kita harus memastikan bahwa sistem kesehatan kita cukup kuat untuk mendukung penelitian ini. Keterbatasan infrastruktur dan kurangnya tenaga medis yang terlatih harus diatasi dengan komitmen untuk meningkatkan fasilitas kesehatan dan memberikan pelatihan yang memadai. Jika kita tidak mengambil langkah-langkah ini, kita hanya akan menciptakan ilusi kemajuan di tengah krisis kesehatan yang berkepanjangan. Mari kita bersatu untuk memastikan bahwa kesehatan masyarakat menjadi prioritas utama, agar kita tidak terjebak dalam lingkaran setan penyakit yang tak kunjung usai dan agar generasi mendatang tidak membayar harga mahal atas ketidakpedulian kita hari ini.