Ulasfakta – Konferensi autisme bertaraf internasional, Batam Autism Conference (BAC) 2025, resmi digelar di Kota Batam, Kepulauan Riau, pada Minggu, 26 Juni 2025.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Penawar Special Learning Centre (PSLC) Malaysia dan berlangsung dari pagi hingga sore hari, tepatnya pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.
Dr. Ruminah Abdul Karim, perwakilan dari PSLC, menyampaikan bahwa kegiatan ini sepenuhnya gratisbagi masyarakat Batam.
Konferensi ini bertujuan memberikan edukasi dan pemahaman yang lebih mendalam tentang penanganan anak berkebutuhan khusus, khususnya penyandang autisme.
“Hampir seribu peserta sudah mendaftar, terdiri dari orang tua, guru, dan terapis. Ini adalah kali kedua kami adakan di Indonesia, setelah sebelumnya di Malang,” ujar Dr. Ruminah.
Dalam kegiatan ini, pengunjung mendapatkan akses ke berbagai layanan seperti talkshow, workshop, pameran edukatif, hingga skrining dan asesmen gratis bagi anak-anak yang diduga memiliki kebutuhan khusus.
Dr. Ruminah mengungkapkan bahwa banyak keluarga yang memiliki anak autis tetapi mengalami keterbatasan biaya untuk terapi, sehingga PSLC sengaja menghadirkan langsung para terapis ke Batam.
“Hasil asesmen dari para terapis bisa dijadikan rujukan awal oleh orang tua untuk mengambil langkah selanjutnya bagi perkembangan anaknya,” jelasnya. Ia juga menekankan pentingnya menumbuhkan kesadaran bahwa autisme bukanlah gangguan jiwa, melainkan kondisi khusus yang membutuhkan penanganan tepat.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Tri Wahyu, menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan ini.
Ia menyoroti meningkatnya jumlah anak dengan spektrum autisme di Indonesia, khususnya di Batam, yang memerlukan perhatian lebih dari sektor pendidikan.
“Ini kegiatan yang sangat relevan. Sekolah inklusi sudah berjalan, baik di negeri maupun swasta. Tapi jumlah guru dengan kompetensi menangani anak berkebutuhan khusus masih sangat terbatas,” ungkap Tri Wahyu.
Ia menambahkan, Pemerintah Kota Batam tengah menyusun strategi untuk mempersiapkan tenaga pengajar yang memiliki pemahaman menyeluruh mengenai pendidikan inklusif.
“Kompetensi guru perlu ditingkatkan secara bertahap dan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masing-masing anak. Tidak bisa disamaratakan karena karakteristiknya sangat beragam,” tegasnya.
Konferensi ini diharapkan menjadi langkah awal kolaboratif antara pemerintah, pendidik, terapis, dan orang tua dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung tumbuh kembang anak dengan kebutuhan khusus.
Tinggalkan Balasan