Ulasfakta.co – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raja Ahmad Thabib (RAT) di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, seharusnya menjadi simbol pelayanan kesehatan bermartabat.
Namun alih-alih menjadi rujukan utama dengan fasilitas modern, rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Kepri itu justru pernah menyuguhkan wajah suram pelayanan publik: bangunan kumuh, pelayanan lambat, hingga pengadaan obat bermasalah.
Ulasfakta pernah memublikasikan sejumlah persoalan sebelumnya. Berikut catatan yang dirangkum ulasfakta.
1. Fasilitas
Ulasfakta pernah menemukan sejumlah titik di RSUD RAT dalam kondisi memprihatinkan. Plafon ruang tunggu dan lorong rawat inap tampak bocor dengan noda cokelat akibat lembap.
Air menetes tanpa henti dari langit-langit. Suhu ruangan panas akibat AC yang rusak, kursi-kursi mulai lapuk, dan kamar mandi umum mengeluarkan bau tak sedap.
“Kami datang jauh-jauh dari Lingga, tapi di ruang tunggu AC mati. Anak saya kepanasan padahal sedang demam tinggi,” kata keluarga pasien di IGD, Senin, 16 Juni 2025.
Pelayanan yang semestinya humanis justru dipenuhi keluhan. Di media sosial, masyarakat menggugat buruknya antrean, AC mati, dan minimnya perhatian tenaga medis terhadap pasien-pasien tidak mampu.
Direktur RSUD RAT, dr. Bambang Utoyo, tak menampik kondisi ini. Ia mengklaim perbaikan sedang berjalan, termasuk pembenahan sistem pendingin ruangan, perbaikan atap bocor, pengecatan dinding, hingga penggantian kursi tunggu.
“Kami selalu terbuka terhadap kritik. Perbaikan butuh waktu,” ujar Bambang, Rabu, 18 Juni 2025.
Namun, sejumlah pihak menilai pembenahan itu terlalu lambat.
2. Kurangnya Dokter Spesialis dan Ruang Perawatan
Inspeksi mendadak oleh Ketua DPRD Kepri, Iman Sutiawan, Senin, 23 Juni 2025, menyoroti kekurangan tenaga dokter spesialis di RSUD RAT.
Dalam kunjungannya, Iman berdialog dengan pasien BPJS yang umumnya puas terhadap pelayanan, namun mengeluhkan antrean panjang, terutama di poli jantung.
“Hanya ada satu dokter jantung untuk 300 pasien per hari. Ini tidak seimbang,” ujar Bambang.
RSUD RAT juga disebut kekurangan ruang perawatan dan fasilitas laboratorium. Iman menegaskan DPRD akan mendorong penguatan anggaran untuk menambah kapasitas dan tenaga medis.
3. Skandal Obat Kedaluwarsa dan Dugaan Kejahatan Anggaran
Persoalan yang lebih serius muncul dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Tahun Anggaran 2024, ditemukan bahwa RSUD RAT dan RSJKO Engku Haji Daud telah mengadakan 44 jenis obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) yang sisa masa edarnya kurang dari dua tahun. Nilainya mencapai Rp604 juta.
Tak hanya itu, ditemukan pula 32 jenis obat dan BMHP lain yang telah melewati masa edar senilai Rp56 juta. Total potensi kerugian negara mendekati Rp1 miliar.
Ketua Jaringan Pengawas Kebijakan Pemerintah (JPKP) Kepri, Adiya Prama Rivaldi, menyebut pengadaan tersebut sebagai “kejahatan anggaran.”
“Ini bukan sekadar salah beli. Ini bentuk pembiaran yang mengancam nyawa. Pasien diberi obat nyaris basi,” katanya, Kamis, 3 Juli 2025.
Manajemen rumah sakit beralasan keterbatasan stok dari distributor dan faktor geografis kepulauan membuat pengadaan barang tidak sesuai ketentuan. Namun BPK menolak dalih itu dan menilai lemahnya pengawasan internal sebagai penyebab utama.
Atika, Wakil Direktur Penunjang RSUD RAT yang saat itu mengaku baru menjabat tiga minggu, mengungkapkan belum bisa menjelaskan secara rinci. Ia menyebut pengadaan terjadi saat kepemimpinan sebelumnya.
“Kami sudah minta pendampingan kejaksaan dan inspektorat. Mohon beri waktu untuk menelusuri,” ujarnya, Kamis, 3 Juli 2025.
Namun JPKP menilai jawaban itu tidak substantif. Dalam dokumen audit BPK, ditemukan bahwa obat yang telah kadaluwarsa tetap disimpan di gudang farmasi tanpa berita acara pengembalian. Tak ada dokumentasi tindakan pencegahan.
“Jika ini dibiarkan, maka kita sedang membiarkan sistem membunuh pelan-pelan,” kata Adiya.
4. Pelayanan IGD yang Dinilai Serampangan
Keluhan lain muncul dari warga yang membawa istrinya ke IGD RSUD RAT, Jumat, 25 Juli 2025. Sang istri, yang sedang hamil, mengeluh sakit perut. Setelah diperiksa dan diberi obat, rasa sakitnya tetap kambuh. Namun dokter jaga malah menyarankan pasien pulang.
“Kami merasa diabaikan. Hampir satu jam tidak ada petugas yang datang mengecek,” ujar suami pasien.
Ia menyayangkan sikap dokter tersebut yang dinilai tidak empatik terhadap pasien dalam kondisi darurat.
5. Ada Pria Ngaku Keponakan Kepala Daerah Kepri, Ancam Bunuh Pejabat RSUD RAT
Masalah lain menghantam RSUD RAT. Seorang pria berinisial TSD alias Z diduga berkali-kali membuat keributan di rumah sakit, bahkan mengaku sebagai keponakan Gubernur Kepri, Ansar Ahmad.
Menurut keterangan sumber internal, Z pernah memukul staf bagian inventaris dan mengancam pejabat rumah sakit di hadapan umum.
“Dia pernah menarik salah satu pejabat sambil berkata ingin membunuhnya,” kata sumber, Selasa, 12 Agustus 2025.
Insiden itu akhirnya dilaporkan ke Polresta Tanjungpinang. Belum ada klarifikasi dari Z atau Gubernur Ansar Ahmad. Ulasfakta juga masih terus menelusuri kebenaran informasi ini.
Dengan sederet persoalan yang mencuat tersebut, pertanyaan besar pun muncul, sampai kapan rumah sakit ini terus dibiarkan sakit?
Tinggalkan Balasan