Ulasfakta – Stunting masih menjadi salah satu tantangan besar bagi pembangunan manusia di Indonesia, termasuk di Kota Tanjungpinang. Masalah ini bukan sekadar soal tinggi badan anak yang lebih pendek dari usianya, tetapi menyangkut kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Anak-anak yang mengalami stunting berisiko tinggi menghadapi gangguan perkembangan otak, mudah terserang penyakit kronis, hingga memiliki produktivitas rendah saat dewasa. Kondisi itu dapat memengaruhi daya saing bangsa dalam jangka panjang.
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB Kota Tanjungpinang, Rustam, SKM, M.Si, menegaskan pemerintah kota berkomitmen penuh mengatasi persoalan ini. “Visi BIMA SAKTI bukan sekadar slogan, tetapi arah yang jelas untuk melindungi generasi emas Tanjungpinang dari ancaman stunting,” ujarnya.
Tren Penurunan Kasus
Upaya penurunan mulai menunjukkan hasil. Data prevalensi stunting di Tanjungpinang menurun dari 18,8 persen pada 2021 menjadi 15,7 persen pada 2022. Angka itu kembali turun tipis ke 15,4 persen pada 2023, dan terus berlanjut hingga mencapai 13,2 persen pada 2024.
Rustam menyebutkan, penurunan hampir enam persen dalam empat tahun merupakan capaian yang patut diapresiasi. “Ini membuktikan strategi percepatan penurunan stunting berjalan efektif. Hasil ini adalah buah kerja sama lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat,” katanya.
Salah satu ujung tombak keberhasilan ini adalah Tim Pendamping Keluarga (TPK). Tim ini beranggotakan kader PKK, bidan puskesmas, dan Sub-PPKBD yang dilatih untuk memberikan edukasi serta melakukan pemantauan kesehatan ibu dan anak.
Sejak dibentuk pada 2022, Tanjungpinang kini memiliki 81 TPK dengan total 243 orang pendamping yang tersebar di 18 kelurahan. Setiap tim ditargetkan melakukan pendampingan terhadap 8 hingga 12 keluarga per bulan, dengan data dicatat melalui aplikasi ELSIMIL.
Kehadiran TPK membuat intervensi pemerintah lebih dekat ke masyarakat. Mereka memastikan keluarga berisiko stunting dapat mengakses layanan kesehatan dasar secara rutin.

Peran Tim Percepatan Penurunan Stunting
Selain TPK, Tanjungpinang membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di semua tingkatan, mulai dari kota hingga kelurahan. Tim ini bertugas mengintegrasikan data, memantau perkembangan, dan menyinkronkan program antarinstansi.
Koordinasi lintas sektor yang dijalankan TPPS memperkuat efektivitas kebijakan. Dengan begitu, setiap langkah intervensi menjadi lebih terarah dan tepat sasaran.
Inovasi lain yang tidak kalah penting adalah kerja sama Dinas Kesehatan dengan Kementerian Agama dalam pendampingan calon pengantin (catin). Program ini menekankan pemeriksaan kesehatan, edukasi reproduksi, serta pencegahan pernikahan usia dini.
“Pencegahan stunting harus dimulai sejak hulu. Dengan memastikan calon pengantin sehat dan siap, kita dapat memutus rantai stunting bahkan sebelum kehamilan terjadi,” jelas Rustam, Jumat (15/8/2025) di Tanjungpinang.
Program Bapak Asuh Anak Stunting dan Kampung Keluarga Berkualitas
Sejak 2023, Pemko Tanjungpinang juga meluncurkan program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) atau Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING). Wakil Wali Kota Tanjungpinang ditunjuk sebagai ketua program yang melibatkan OPD, PKK, hingga dapur sehat di setiap kelurahan.
Melalui program ini, keluarga berisiko stunting mendapatkan bantuan berupa tambahan gizi dan pemantauan tumbuh kembang anak. Partisipasi masyarakat dan dunia usaha juga menjadi pilar penting dalam mendukung gerakan ini.
Hingga kini, Tanjungpinang memiliki 18 Kampung Keluarga Berkualitas (KKB) yang seluruhnya berstatus mandiri. Beberapa di antaranya bahkan menorehkan prestasi membanggakan di tingkat provinsi dan nasional.
Tiga KKB berhasil meraih juara I tingkat Provinsi Kepulauan Riau, satu menjadi juara II, dan satu lainnya masuk lima besar nasional. Bukit Cermin menjadi salah satu contoh KKB sukses yang mampu menggerakkan masyarakat untuk bersama mencegah stunting.
Kesadaran bahwa pencegahan stunting tidak hanya tugas ibu, melahirkan Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI). Wali Kota Tanjungpinang mengeluarkan edaran yang mendorong ayah ikut serta mengantar anak sekolah, mendukung asupan gizi keluarga, serta aktif dalam pola asuh.
“Stunting bukan hanya urusan ibu. Peran ayah sangat besar, mulai dari memastikan kebutuhan gizi keluarga terpenuhi hingga menjadi teladan bagi anak-anaknya,” tegas Rustam.
Edukasi Lewat Program TAMASYA
Untuk memperkuat peran keluarga, pemerintah juga meluncurkan Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA). Program ini menjadi wadah pembelajaran bagi orang tua dalam memberikan makanan bergizi, pola asuh positif, serta stimulasi tumbuh kembang.
Melalui kelas parenting dan pelatihan kader posyandu, masyarakat diberi pemahaman praktis tentang bagaimana membangun lingkungan sehat bagi anak.
Upaya penurunan stunting di Tanjungpinang juga ditopang oleh data yang valid. Tahun 2025, pemerintah melaksanakan verifikasi, validasi, dan pemutakhiran pendataan keluarga (PK25) agar intervensi yang dilakukan benar-benar tepat sasaran.
Pendataan ini dilakukan secara berjenjang dengan melibatkan TPK, posyandu, dan perangkat kelurahan. Data yang akurat dianggap sebagai kunci dalam membuat kebijakan yang efektif.

Dukungan Kepala Daerah dan Partisipasi Publik
Wali Kota Tanjungpinang Lis Darmansyah bersama Wakil Wali Kota Raja Ariza memberikan dukungan penuh terhadap program ini. Mereka tidak hanya mengeluarkan kebijakan, tetapi juga memastikan koordinasi lintas sektor berjalan hingga ke tingkat kelurahan.
Komitmen ini menegaskan bahwa penurunan stunting menjadi salah satu prioritas utama pembangunan daerah.
Selain strategi nasional, Tanjungpinang mengembangkan berbagai inovasi lokal. Di antaranya gerakan “Sedekah Telur” yang digelar di setiap kecamatan serta gerakan “Goceng” berupa donasi Rp5.000 dari ASN, swasta, hingga masyarakat umum.
Dana dan bantuan yang terkumpul dimanfaatkan untuk mendukung pemenuhan gizi anak-anak berisiko stunting. Gotong royong ini membuktikan bahwa kepedulian masyarakat sangat berpengaruh pada keberhasilan program.
Optimisme Menuju Generasi Emas
Rustam menyatakan optimistis bahwa dengan kombinasi program pemerintah, dukungan masyarakat, dan inovasi lokal, angka stunting di Tanjungpinang akan terus menurun.
“Target kita bukan sekadar angka, melainkan memastikan setiap anak punya hak yang sama untuk tumbuh sehat, cerdas, dan berkualitas,” ucapnya menutup pembicaraan.
Tinggalkan Balasan