Ulasfakta – Di tengah krisis tenaga perawat dan populasi lansia yang terus meningkat, Jepang semakin serius mengembangkan teknologi robotika untuk membantu layanan kesehatan. Universitas Waseda di Tokyo baru saja memperkenalkan AIREC, robot humanoid berbasis Artificial Intelligence (AI) yang dirancang untuk merawat lansia, termasuk membantu mengganti popok dan mencegah luka baring.
AIREC, yang memiliki berat 150 kg, dikembangkan sebagai solusi inovatif untuk menghadapi “kiamat perawat”—kondisi di mana jumlah tenaga perawatan tidak sebanding dengan populasi lansia yang terus bertambah. Profesor Shigeki Sugano, pemimpin proyek ini, menyatakan bahwa Jepang membutuhkan dukungan teknologi untuk menghadapi tantangan demografi yang semakin kompleks.
“Masyarakat kita semakin menua dengan angka kelahiran yang terus menurun. Kita akan membutuhkan bantuan robot untuk sektor medis, perawatan lansia, dan kehidupan sehari-hari,” ujar Sugano, dikutip dari Reuters.
Krisis Populasi Mempercepat Adopsi Robot di Jepang
Jepang merupakan salah satu negara dengan tingkat penuaan tertinggi di dunia. Pada tahun 2024, jumlah kelahiran di Jepang hanya 720.988 bayi, turun 5 persen dari tahun sebelumnya dan menjadi yang terendah sejak pencatatan dimulai pada 1899. Sementara itu, jumlah kematian meningkat menjadi 1,62 juta jiwa, atau lebih dari dua kali lipat angka kelahiran.
Dampak dari kondisi ini sangat terasa dalam sektor tenaga kerja, terutama di bidang kesehatan. Rumah sakit dan panti jompo di Jepang mengalami kekurangan tenaga perawat yang signifikan. Meskipun berbagai lowongan pekerjaan dibuka, jumlah pelamar tetap minim.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah Jepang mulai mendorong pemanfaatan robot dalam layanan kesehatan. AIREC menjadi salah satu contoh bagaimana teknologi dapat mengisi kekosongan tenaga kerja manusia dalam merawat lansia.
Robot dalam Dunia Medis: Solusi atau Tantangan Baru?
Penggunaan robot dalam dunia medis bukanlah hal baru di Jepang. Sebelumnya, robot seperti “Robear”, yang mampu mengangkat pasien dari tempat tidur, dan “Pepper”, yang bertugas sebagai pendamping lansia, telah digunakan di beberapa fasilitas kesehatan. Namun, AIREC membawa inovasi lebih jauh dengan kecerdasan buatan yang memungkinkannya berinteraksi dan merawat pasien secara lebih mandiri.
Meski teknologi ini menjanjikan, ada sejumlah tantangan yang masih harus dihadapi, seperti biaya pengembangan yang tinggi, penerimaan masyarakat, serta keamanan dan keandalan teknologi AI dalam menangani pasien lansia.
Dengan tantangan demografi yang semakin serius, Jepang tampaknya tidak punya pilihan selain mempercepat transformasi teknologi dalam layanan kesehatan. Jika AIREC dan robot serupa berhasil diimplementasikan secara luas, bukan tidak mungkin Jepang akan menjadi negara pertama yang mengandalkan tenaga robot untuk merawat warganya di masa depan.