Bariah, Ibu Pejuang dari Madiun yang Bangun Masa Depan dari Rongsokan Handphone

Ulasfakta – Tekad dan kerja keras Bariah (59), seorang ibu asal Madiun yang merantau ke Tanjungpinang, membuahkan hasil luar biasa. Dengan bermodal keterampilan membongkar handphone bekas untuk mengambil tembaga, ia mampu menyekolahkan keempat anaknya hingga lulus SMA dan kini memiliki rumah milik sendiri.

Kisah perjuangan Bariah dimulai sekitar dua dekade lalu. Bersama suaminya, ia merantau ke Kota Tanjungpinang dan menetap di kawasan Kampung Bulang. Saat itu, mereka hanya mampu tinggal di rumah petak sederhana di atas tanah milik orang lain.

Guna menghidupi keluarga dan menyiapkan masa depan anak-anaknya, Bariah menekuni profesi tak biasa: membongkar perangkat elektronik bekas, khususnya handphone rusak, untuk mengambil tembaga di dalamnya.

“Awalnya cuma coba-coba, tapi dari sinilah kami bisa bertahan. Alhamdulillah, hasilnya cukup untuk biaya sekolah anak-anak dan sekarang bisa punya rumah sendiri,” ungkap Bariah sambil memisahkan kabel dan komponen di teras rumahnya.

Pengetahuan tentang cara mengambil tembaga dari handphone didapatnya dari seorang teman di Pulau Jawa. Namun, prosesnya tak mudah. Komponen-komponen yang dikumpulkan harus dilebur terlebih dahulu, bahkan tak jarang ditemukan serpihan emas dalam jumlah kecil.

Bariah biasanya mendapatkan handphone bekas dari warga sekitar atau membelinya dari para pemulung dengan harga sekitar Rp5.000 hingga Rp6.000 per unit. Setelah dikumpulkan, tembaga dijual dengan harga sekitar Rp350.000 per kilogram, meski harus dikirim ke kota lain seperti Bandung untuk proses peleburan.

“Sebulan bisa dapat 5 sampai 10 kilogram. Kadang ada bagian emas juga, meski sedikit,” tambahnya.

Tak hanya dari handphone, Bariah juga mencari nilai dari barang elektronik lain seperti televisi rusak dan komputer tua. Semua dilakukan dengan penuh ketelatenan.

Setelah 16 tahun bergelut dengan rongsokan, jerih payah Bariah membuahkan hasil nyata. Ia bukan hanya berhasil menyekolahkan anak-anaknya, tetapi juga mendirikan rumah sendiri — simbol nyata dari ketekunan dan harapan yang dibangun dari barang-barang tak terpakai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *