Di Lingga, Satu Keluarga Bertahan di Rumah Reyot: “Kami Hanya Ingin Atap yang Tak Bocor”

Ulasfakta — Di tengah lantang­nya klaim pemerataan pembangunan dan maraknya program bantuan sosial yang digembar‑gemborkan Pemerintah Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, kisah getir Joni—warga Desa Marok Tua, Kecamatan Singkep Barat—nyaris tak terdengar.

Sejak 2020, rumah papan Joni makin rapuh: dinding lapuk, atap berlubang, lantai nyaris ambles. Ia, istrinya, dan anaknya yang putus sekolah bertahan dalam bangunan yang lebih mirip reruntuhan daripada hunian,

“Sudah berulang kali saya ajukan perbaikan, tapi tak pernah dijawab—baik desa maupun kabupaten,” tutur Joni, Jumat, 9 Mei 2025.

Karena takut rumah ambruk, keluarga kecil ini kini menumpang di rumah tetangga. Joni hidup dari pekerjaan serabutan, bermimpi sederhana: tempat berteduh yang tak bocor saat hujan.

Kisah Joni menjadi ironi tajam di tengah narasi “pemerataan kesejahteraan” pemerintah daerah. Ketika satu keluarga dibiarkan terpuruk tanpa bantuan, ini lebih dari sekadar kelalaian; ini cermin pembiaran.

Pemerintah Desa Marok Tua pun disorot: tidak ada survei, tak ada inisiatif, empati pun nihil. Seolah‑olah Joni hanyalah bayangan tak kasatmata.

Sudah saatnya pemerintah—mulai dari desa hingga kabupaten—berhenti menutup mata. Keadilan sosial tak boleh berhenti sebagai slogan; ia harus hadir nyata terutama bagi mereka yang nyaris terlupakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *