Ulasfakta – Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, menegaskan bahwa proyek pembangunan Estuari Dam di kawasan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan, tidak akan menenggelamkan 10 desa sebagaimana sempat dikhawatirkan oleh masyarakat setempat.

Ia menekankan bahwa proyek strategis ini dirancang dengan memperhatikan kepentingan masyarakat, terutama nelayan lokal.

Menurut Ansar, saat ini pemerintah provinsi masih menunggu hasil kajian teknis terbaru terkait batas maksimal ketinggian air bendungan agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan aktivitas warga.

“Kajian sedang dilakukan untuk menentukan batas tertinggi permukaan air. Tujuannya agar proyek ini tidak merugikan nelayan. Bahkan ke depan, mereka akan mendapat bantuan alat tangkap yang lebih modern,” ujar Ansar pada Rabu, 25 Juni 2025.

Gubernur menjelaskan bahwa pembangunan bendungan tersebut sangat krusial dalam rangka menjamin ketersediaan air bersih bagi warga Bintan dan Tanjungpinang dalam jangka panjang, khususnya untuk 5 hingga 10 tahun mendatang.

“Kalau tidak kita siapkan dari sekarang, ke depannya kita akan kesulitan menyuplai air bersih. Bahkan nantinya bendungan ini bisa mendukung pasokan air hingga ke Pulau Batam,” ujarnya.

Ansar juga mengakui bahwa di tahap awal perencanaan, dirinya sempat khawatir proyek ini akan berdampak pada pemukiman warga. Namun setelah melalui proses penyesuaian, skala pembangunan diperkecil secara signifikan.

“Awalnya memang ada kekhawatiran akan terjadi banjir yang merendam 10 desa. Tapi setelah desain dikaji ulang, luasan area yang digunakan jauh lebih kecil dan tidak akan mengganggu pemukiman warga,” jelasnya.

Dengan penyesuaian tersebut, Ansar memastikan bahwa proyek Estuari Dam akan tetap berjalan tanpa mengorbankan desa-desa di sekitarnya, dan justru memberikan manfaat jangka panjang bagi ketahanan air di wilayah Kepri.