Kencur Kosong di Pasar, Harga Tembus Rp120 Ribu per Kilogram

Ulasfakta.co – Setelah perayaan Idulfitri 2025, harga kencur di Pasar Bintan Center, Tanjungpinang, mengalami kenaikan drastis yang membuat banyak pembeli terkejut. Saat ini, harga kencur melonjak hingga mencapai Rp120.000 per kilogram, hampir dua kali lipat dari harga normal yang biasanya berada di kisaran Rp60.000 hingga Rp70.000 per kilogram. Kenaikan ini disebabkan oleh minimnya pasokan kencur yang membuat pedagang kesulitan memenuhi permintaan konsumen.

Menurut para pedagang di Pasar Bintan Center, stok kencur yang tersedia saat ini sangat terbatas dan kebanyakan berasal dari Batam, bukan dari sumber utama di Pulau Jawa. Mereka menjelaskan bahwa pengiriman kencur dari Pulau Jawa terlambat karena beberapa kendala logistik pasca libur Lebaran. Akibatnya, ketersediaan kencur di pasar menipis sehingga harga pun melonjak drastis.

Salah satu pedagang mengungkapkan, “Biasanya kami dapat stok kencur dari Jawa secara rutin setiap minggu. Namun, sejak setelah Lebaran ini pasokan sangat minim, kami hanya bisa menjual kencur yang ada dengan harga lebih tinggi.” Para pedagang berharap pengiriman kencur akan kembali lancar dalam beberapa minggu ke depan agar harga bisa stabil dan pembeli tidak terlalu terbebani.

Kenaikan harga kencur ini juga berdampak pada para pelaku usaha yang mengandalkan bahan ini untuk produk mereka, seperti jamu dan rempah-rempah tradisional. Beberapa pengusaha kecil merasa terbebani dengan naiknya harga bahan baku tersebut dan harus menyesuaikan harga jual produk mereka agar tetap bisa bertahan.

Selain itu, fenomena langkanya kencur di pasar ini menjadi cermin tantangan yang kerap dihadapi dalam distribusi bahan pangan dan rempah di wilayah kepulauan seperti Kepulauan Riau. Ketergantungan pada pasokan dari luar daerah sering kali membuat harga menjadi tidak stabil terutama saat momen-momen tertentu seperti hari besar keagamaan.

Pemerintah daerah maupun dinas terkait diharapkan dapat memberikan perhatian khusus pada kelancaran distribusi bahan pokok dan rempah agar tidak menimbulkan gejolak harga yang merugikan masyarakat dan pelaku usaha kecil. Langkah proaktif, seperti memperkuat suplai lokal atau memperbaiki sistem logistik, dianggap sebagai solusi jangka panjang untuk mengatasi permasalahan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *