Kisah Sabrian: Suatu Panggilan untuk Perhatian Lebih pada Kesehatan Mental di Tanjungpinang

Ulasfakta – Penemuan mayat seorang pria berusia 27 tahun di Perumahan Mega Mas Residence, Jalan Sungai Timun, telah menggugah masyarakat akan pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental, terutama di kalangan anak muda yang hidup sendiri.

Sabrian Gujarta, yang diduga mengalami tekanan emosional karena isolasi sosial, ditemukan tewas gantung diri di dalam rumahnya sekitar pukul 10.00 WIB oleh kekasihnya, seperti dilaporkan oleh Ketua RT 002 RW 005, Firmansyah. Menurutnya, Sabrian yang tinggal sendiri di rumah yang jarang dihuni, menggunakan kusen pintu kamar sebagai tempat menggantung tali.

Insiden tragis ini, yang terjadi pada Senin (24/2/2025), telah memicu seruan dari berbagai pihak untuk meningkatkan layanan dan dukungan kesehatan mental di Tanjungpinang. Masyarakat dan pengamat lokal menilai bahwa kehidupan urban yang serba sepi dan kurangnya interaksi sosial dapat berkontribusi pada kerentanan emosional, terutama bagi para pemuda yang tinggal sendiri.

“Kita harus lebih peka terhadap kondisi mental anak muda di kota ini. Kasus Sabrian menjadi peringatan bahwa kita perlu menyediakan akses yang lebih baik untuk konseling dan dukungan psikologis,” ungkap seorang aktivis sosial yang tidak ingin disebutkan namanya.

Kejadian ini juga mengundang perhatian dari pihak instansi terkait, yang diharapkan segera mengkaji kembali program dukungan kesehatan mental di lingkungan perkotaan. Para ahli kesehatan menekankan bahwa penyediaan layanan konseling, baik melalui rumah sakit, klinik, maupun platform digital, dapat membantu mencegah tragedi serupa.

Sementara itu, keluarga dan kerabat korban masih berduka mendalam, dan komunitas setempat mengimbau agar kasus ini menjadi momentum untuk menggugah kesadaran dan memperkuat jaringan dukungan sosial. Masyarakat pun diharapkan untuk lebih peduli dan saling mengulurkan tangan kepada sesama, terutama di tengah tekanan kehidupan urban yang semakin tinggi.

Kisah Sabrian, meski menyedihkan, diharapkan menjadi titik balik untuk memperhatikan aspek kesehatan mental sebagai bagian integral dari kesejahteraan masyarakat Tanjungpinang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *