LSM ALIM Kepri dan Warga Bersatu Bersihkan Mangrove di Tanjung Unggat

Ulasfakta – Lembaga Swadaya Masyarakat Air, Lingkungan, dan Manusia (LSM ALIM) Kepulauan Riau bersama masyarakat menggelar aksi bersih-bersih sampah di kawasan ekosistem mangrove Tanjung Unggat, Kota Tanjungpinang, pada Minggu, 16 Februari 2025.

Kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang mengusung tema “Kolaborasi untuk Indonesia Bersih.” Direktur LSM ALIM Kepri, Kherjuli, mengungkapkan bahwa aksi serupa juga akan dilaksanakan di tiga lokasi berbeda pada puncak peringatan HPSN pada 21 Februari 2025.

“Hari ini, aksi bersih-bersih mangrove dilakukan di tiga titik di Kelurahan Tanjung Unggat. Lokasi pertama berada di laboratorium mangrove buatan, lokasi kedua di SMP Negeri 10 Tanjungpinang dengan fokus edukasi budaya sadar sampah bagi siswa, dan titik ketiga berada di permukiman padat yang masuk dalam kategori kawasan kumuh,” ujar Kherjuli.

Ia berharap masyarakat setempat ikut berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan, terutama di wilayah pesisir yang rentan terhadap pencemaran sampah.

Aksi dimulai pukul 07.30 WIB hingga selesai dan melibatkan berbagai pihak, termasuk Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tanjungpinang, Koarmada 1, LSM ALIM Kepri, Bank Sampah, warga Kelurahan Tanjung Unggat, konsultan Masegena Ininnawa, PROKLIM Kenanga dan Anggrek, SMP Negeri 10 Tanjungpinang, para peneliti mangrove, perwakilan RT/RW, serta media.

Duta Mangrove Kepri, Gusti Raziq Hanania Aldy Saputra, yang dijadwalkan hadir dalam puncak HPSN 2025, menekankan bahwa kegiatan ini tidak hanya bertujuan membersihkan lingkungan, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem mangrove agar tetap lestari.

“Kegiatan ini bukan sekadar bersih-bersih, tapi juga mengingatkan kita semua bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Mangrove yang sehat dapat mendukung kehidupan biota laut dan mencegah abrasi,” kata Gusti Raziq.

Kherjuli menambahkan bahwa mangrove memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida hingga 10 kali lebih besar dibandingkan vegetasi darat.

Oleh karena itu, kelestariannya sangat penting bagi keseimbangan lingkungan.

“Kerusakan satu hektare mangrove setara dengan kerusakan 10 hektare hutan di darat. Jika kita abai, dampaknya akan sangat besar bagi ekosistem dan kehidupan masyarakat pesisir,” jelasnya.

Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak membuang sampah ke kawasan pesisir, karena dapat merusak ekosistem dan mengganggu keberlangsungan biota laut seperti udang dan ikan.

“Membuang sampah di mangrove dapat membunuh biota laut yang ada di sekitarnya, membuat udang dan berbagai spesies lainnya sulit berkembang biak,” tutup Kherjuli.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *