Ulasfakta – Di tengah birunya laut dan tenangnya ombak Pulau Berhala, Kecamatan Singkep Selatan, terselip sebuah ironi pendidikan. SDN 005 Pulau Berhala, satu-satunya sekolah dasar negeri di pulau tersebut, kini hanya dihuni 16 murid aktif setelah empat siswa kelas VI lulus tahun ajaran 2024/2025.
Sekolah yang berdiri dengan harapan menyemai masa depan anak-anak pulau, justru kini menghadapi tantangan keberlangsungan. Bukan karena fasilitas rusak atau kekurangan guru, melainkan karena kian menyusutnya jumlah anak usia sekolah di pulau tersebut.
“Setiap tahun jumlah siswa menurun. Tahun ini hanya dua yang diperkirakan masuk sebagai murid baru,” ujar Kepala Sekolah SDN 005, Agustina, dengan nada prihatin, Kamis, 12 Juni 2025.
Agustina mengaku situasi ini menjadi kekhawatiran serius, karena selain persoalan jumlah, ada tantangan yang lebih kompleks: akses pendidikan yang terbatas dan minimnya dukungan orang tua terhadap pentingnya sekolah.
“Kalau sudah musim ikan, anak-anak ikut melaut. Sekolah jadi urusan belakangan,” tuturnya getir.
Di Pulau Berhala, aktivitas melaut masih menjadi mata pencaharian utama warga. Pendidikan sering kali dianggap nomor dua dibandingkan kebutuhan ekonomi harian. Anak-anak yang semestinya belajar di bangku kelas, justru lebih banyak menghabiskan waktu membantu orang tua di laut.
Tak hanya itu, minimnya sarana transportasi dan akses antarwilayah membuat siswa maupun guru di pulau ini seperti terisolasi dari sistem pendidikan yang ideal. Jangankan program pengembangan, kegiatan rutin sekolah saja kadang terkendala cuaca dan jarak.
“Kadang kami merasa sekolah ini seolah dilupakan. Tapi kami tetap semangat karena anak-anak di sini juga punya hak untuk belajar,” ujar Agustina.
Ia pun berharap agar pemerintah daerah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Lingga tidak menutup mata terhadap nasib sekolah-sekolah terpencil seperti SDN 005 Pulau Berhala.
“Jangan sampai anak-anak di pulau harus pergi jauh hanya untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Mereka juga berhak meraih masa depan,” pungkasnya.