Ulasfakta – Di tengah derasnya arus perubahan zaman, keluarga tetap menjadi benteng utama dalam menjaga kualitas generasi. Pemerintah Kota Tanjungpinang menyadari hal ini, sehingga melalui Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB, berbagai program pemberdayaan keluarga terus digalakkan.

Langkah ini tidak berdiri sendiri. Seluruh program yang digulirkan sejalan dengan visi pembangunan dari Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah dan Raja Ariza, yaitu Berbudaya, Indah, Melayani, dan Aman untuk mewujudkan masyarakat yang Sejahtera, Agamis, Kreatif, Berteknologi, dan Berintegritas, disingkat BIMA SAKTI. Intinya, keluarga harus menjadi pusat dari pembangunan manusia yang utuh.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB Kota Tanjungpinang, Rustam, SKM, M.Si, kelompok kegiatan keluarga bukan hanya tempat berkumpul, tetapi juga wadah pembentukan keluarga mandiri, berdaya, dan tangguh menghadapi tantangan.

“Ketahanan keluarga adalah fondasi dari ketahanan bangsa. Melalui kelompok-kelompok kegiatan, kita membangun keluarga yang tidak hanya sehat, tapi juga berdaya secara ekonomi, sosial, dan mental,” ungkap Rustam di Tanjungpinang, Senin (25/8/2025).

Pusat Informasi Konseling Remaja di salah satu Kelurahan di Kota Tanjungpinang. (Foto: Ist)

Program Bina Keluarga Balita dan Bina Keluarga Remaja

Salah satu program yang terus berkembang adalah Bina Keluarga Balita (BKB). Program ini menekankan pentingnya pola asuh, gizi, dan stimulasi tumbuh kembang sejak usia dini.

Di Tanjungpinang, jumlah BKB cukup besar. Kecamatan Bukit Bestari memiliki 23 kelompok, disusul Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Kota masing-masing 15 kelompok, serta Tanjungpinang Timur dengan 12 kelompok.

Dengan total 65 kelompok BKB, orang tua diberdayakan untuk menjadi pendidik pertama bagi anak-anaknya. Mereka dibekali ilmu tentang kesehatan, gizi, hingga cara menciptakan suasana rumah yang mendukung perkembangan anak.

Rustam menegaskan, program ini bukan hanya soal teori, tapi juga aksi nyata menekan angka stunting dan memastikan generasi emas Kota Tanjungpinang tumbuh sehat dan cerdas.

“Anak yang tumbuh sehat dan mendapat asuhan tepat adalah investasi terbesar kota ini. Dari merekalah lahir generasi yang akan membawa Tanjungpinang lebih maju,” ujarnya.

Selain balita, perhatian juga diberikan pada remaja melalui program Bina Keluarga Remaja (BKR). Remaja dipandang sebagai masa transisi yang rentan, sehingga butuh bimbingan orang tua dan komunitas.

Hingga 2025, terdapat 16 kelompok BKR tersebar di seluruh kecamatan. Bukit Bestari menjadi yang terbanyak dengan 5 kelompok, diikuti Tanjungpinang Barat dan Kota masing-masing 4 kelompok, serta Tanjungpinang Timur dengan 3 kelompok.

Kelompok ini berfungsi sebagai ruang komunikasi antara remaja dan orang tua. Melalui bimbingan, diskusi, dan konseling, remaja diarahkan agar menjauhi perilaku berisiko dan lebih produktif.

Rustam menilai, remaja harus mendapat ruang ekspresi yang sehat. “Kalau kita membekali mereka dengan keterampilan hidup, komunikasi yang baik, serta kegiatan positif, maka remaja Tanjungpinang bisa menjadi generasi yang sehat, percaya diri, dan berkarakter,” katanya.

Tak berhenti di situ, Tanjungpinang juga aktif mengembangkan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R). Hingga kini sudah ada 29 kelompok aktif tersebar di empat kecamatan.

Program ini sekaligus menjadi pintu masuk untuk menjalankan Generasi Berencana (GenRe). PIK R menjadi ruang aman bagi remaja untuk berbagi, belajar, hingga mendapatkan konseling tentang kesehatan reproduksi, perencanaan masa depan, dan pengembangan diri.

Keberadaan PIK R telah melahirkan Duta GenRe yang berprestasi hingga tingkat provinsi. Bahkan tahun 2025, salah satu putra terbaik Tanjungpinang dipercaya mewakili Kepri ke ajang nasional.

Dukungan pemerintah kota begitu nyata. Walikota dan Ketua PKK bahkan dikukuhkan sebagai Ayah dan Bunda GenRe, sebuah simbol kuat bahwa program ini mendapat dukungan penuh dari pemimpin daerah.

Bina Keluarga Lansia: Menghormati yang Terdahulu Tidak hanya anak-anak dan remaja, keluarga lansia juga menjadi perhatian. Melalui Bina Keluarga Lansia (BKL), Tanjungpinang membangun ruang bagi para orang tua agar tetap aktif, sehat, dan sejahtera.

Saat ini terdapat 17 kelompok BKL, tersebar di Tanjungpinang Barat (5), Tanjungpinang Timur (5), Tanjungpinang Kota (5), dan Bukit Bestari (2).

BKL tidak hanya mengajarkan kesehatan fisik, tetapi juga memberikan dukungan mental, spiritual, dan sosial bagi para lansia. Mereka diajak untuk tetap menjadi teladan dalam keluarga, melestarikan budaya, serta menjaga keharmonisan antar generasi.

Rustam mengatakan, perhatian pada lansia merupakan bentuk penghormatan pada generasi terdahulu.
“Lansia bukan beban, mereka adalah guru kehidupan. Dengan melibatkan mereka dalam kelompok BKL, kita memberi ruang bagi mereka untuk tetap berdaya dan dihormati,” tuturnya.

Kegiatan BKB di salah satu Kelurahan di Kota Tanjungpinang. (Foto: Ist)

Menyatukan Semua Generasi

Jika ditarik benang merah, program BKB, BKR, PIK R, GenRe, hingga BKL membentuk siklus kehidupan yang saling terhubung. Dari balita hingga lansia, semua mendapat tempat dan perhatian.

Inilah yang dimaksud Rustam sebagai ekosistem keluarga tangguh. Ketika setiap tahap kehidupan didukung, maka keluarga menjadi lebih kokoh menghadapi tantangan.

Program-program tersebut juga memperlihatkan bahwa pembangunan tidak hanya soal infrastruktur, tetapi juga pembangunan manusia yang berkelanjutan.

Rustam menambahkan, Tanjungpinang ingin menjadi kota yang kuat karena keluarga-keluarganya kuat. Sebab dari keluarga, lahirlah generasi yang sehat, kreatif, berteknologi, dan berintegritas.

Dengan semangat BIMA SAKTI, Kota Tanjungpinang terus melangkah membangun masyarakat yang sejahtera melalui jalan sederhana: memperkuat keluarga.