Ulasfakta – Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Tanjungpinang, Rustam, SKM, M.Si, menegaskan bahwa Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman serius di wilayah Tanjungpinang. Terutama saat musim penghujan, kasus DBD cenderung meningkat dan memerlukan langkah strategis yang melibatkan semua pihak.

Untuk itu, Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Dinas Kesehatan menggalakkan Gerakan Serentak Pengendalian DBD (GERTAK DBD). Rustam menyebutkan, program ini dirancang untuk menggerakkan partisipasi masyarakat secara masif agar penularan DBD dapat ditekan.

Menurutnya, GERTAK bukan sekadar agenda tahunan, melainkan sebuah gerakan kolektif. “Kami tidak bisa bekerja sendiri. Pengendalian DBD memerlukan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Karena itu, GERTAK ini bukan hanya kegiatan rutin, tapi gerakan bersama,” ujar Rustam, Senin (4/8/2025).

Pengasapan (fogging) kasus konfirmasi DBD. (Foto: Ist)

Rustam menjelaskan, inti kegiatan GERTAK adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan secara serentak. Upaya ini dilakukan dengan mengedepankan gerakan 3M Plus, yakni menguras dan menyikat penampungan air, menutup rapat wadah air, serta mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat nyamuk berkembang biak.

Ia menambahkan, masyarakat juga diminta untuk rutin mengganti air vas bunga, mengeringkan alas pot, hingga memperbaiki saluran air yang tergenang. “Langkah sederhana ini jika dilakukan bersama-sama akan sangat efektif memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti,” tegasnya.

Rustam mengingatkan, jangan menunggu hingga ada kasus DBD di sekitar rumah baru masyarakat bergerak. “Pencegahan harus dimulai dari sekarang. Jangan menunggu terlambat, karena nyamuk tidak mengenal batas rumah,” katanya.

Selain 3M Plus, Dinas Kesehatan juga mendorong Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J). Program ini menugaskan setiap rumah menunjuk seorang Juru Pemantau Jentik (jumantik). “Kalau setiap rumah disiplin memantau jentik, maka potensi penyebaran bisa ditekan secara signifikan,” jelas Rustam.

Edukasi masyarakat juga menjadi fokus utama. Rustam menekankan pentingnya penyuluhan langsung maupun melalui media. “Kami ingin masyarakat mengenali gejala DBD sejak awal, sehingga tidak ada keterlambatan dalam membawa pasien ke fasilitas kesehatan,” ujarnya.

Untuk memperkuat upaya tersebut, Dinas Kesehatan menetapkan sistem respons cepat. Fasilitas kesehatan wajib melaporkan kasus DBD maksimal tiga jam setelah menerima pasien. “Dalam 1×24 jam, tim kami langsung turun untuk penyelidikan epidemiologi. Ini penting untuk memutus rantai penularan,” terang Rustam.

Salah satu penyebaran informasi di media sosial melalui Flyer tentang DBD oleh Dinas Kesehatan PP dan KB Kota Tanjungpinang. (Foto: Flayer Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang)

Rustam juga memaparkan data kasus terbaru. Hingga Agustus 2025, tercatat 230 kasus DBD di Kota Tanjungpinang. Kasus tertinggi berada di Kelurahan Batu 9 dengan 63 kasus, disusul Kelurahan Pinang Kencana sebanyak 46 kasus. “Angka ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan ini sudah menjadi alarm serius bagi kita semua,” ungkapnya.

Menurut Rustam, lonjakan kasus tersebut tidak bisa dihadapi dengan cara biasa. “Meningkatnya kasus DBD dalam satu wilayah adalah sinyal bahaya. Perlu langkah konkret. Ingat, pencegahan jauh lebih murah dan lebih mudah dibanding pengobatan,” ujarnya mengingatkan.

Selain PSN, Rustam mengatakan pihaknya juga memperkuat upaya teknis di lapangan, mulai dari fogging fokus di titik kasus positif, larvasidasi menggunakan abate, hingga penyuluhan di sekolah-sekolah. Langkah-langkah ini diharapkan bisa menekan laju penularan.

Tak hanya itu, kampanye kebersihan juga digencarkan melalui media daring dan gerakan gotong royong antar-RT. “Semangat gotong royong harus kembali kita hidupkan. Membersihkan lingkungan bersama adalah senjata paling ampuh melawan DBD,” jelas Rustam.

Rustam kembali menegaskan bahwa DBD bukan hanya urusan pemerintah. “DBD bisa menjadi masalah kita semua bila kita abai. Mari awasi, bersihkan, dan lindungi lingkungan. Jangan beri ruang bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. Mulailah dari rumah sendiri, sekarang juga,” pungkasnya.