TBC Masih Jadi Ancaman Serius di Kepri: 24 Ribu Warga Positif, Dinkes Gencarkan Skrining dan Edukasi Pencegahan

Ulasfakta.co – Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Dinas Kesehatan Kepri mencatat bahwa dari sekitar 70 ribu warga yang telah menjalani pemeriksaan, sekitar 35 persen atau sekitar 24 ribu orang dinyatakan positif TBC.

Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Mohammad Bisri, menyampaikan bahwa pihaknya terus mengintensifkan upaya deteksi dini melalui program skrining TBC di seluruh kabupaten dan kota. Namun, capaian pemeriksaan penyakit TBC di Kepri masih rendah karena dua kemungkinan, yakni pengambilan sampelnya salah, atau memang tidak banyak warga yang terkena TBC di daerah tersebut.

Bisri menjelaskan bahwa Tuberkulosis adalah penyakit menular yang menyerang paru-paru, dan paling rentan menyerang kelompok lanjut usia. Namun, anak-anak juga tetap berisiko terpapar, meskipun jumlah kasus pada anak di Kepri relatif masih rendah. Gejala umum TBC antara lain batuk berdarah di pagi hari, demam, dan menggigil. Jika tidak segera ditangani, penyakit ini bisa berdampak serius hingga mengakibatkan kematian.

Kabar baiknya, pengobatan TBC di Kepri tersedia gratis di fasilitas kesehatan milik pemerintah seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. Namun, Bisri menegaskan bahwa kunci utama kesembuhan adalah kedisiplinan dalam mengonsumsi obat selama enam bulan penuh. Pengobatan yang tidak tuntas dapat menyebabkan Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO), yang memerlukan pengobatan lebih lama dan kompleks.

Untuk mencegah penularan TBC, Bisri menyarankan beberapa langkah penting, antara lain melakukan vaksinasi Bacillus Calmette-Guérin (BCG), menghindari kontak dengan penderita TBC, menerapkan gaya hidup sehat, memastikan ventilasi yang baik di rumah dan tempat kerja, serta memeriksa kesehatan secara teratur jika memiliki gejala yang mencurigakan.

Dengan upaya bersama dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, diharapkan penyebaran TBC di Kepri dapat ditekan dan masyarakat dapat hidup sehat tanpa ancaman penyakit ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *