Ulasfakta – Tiga jenazah korban kecelakaan laut di Perairan Batam akhirnya ditemukan, Jumat pagi, 27 Juni 2025.
Proses pencarian dilakukan oleh personel TNI AL dari Lantamal IV bersama masyarakat sekitar, menyusul tragedi tenggelamnya speedboat tanpa nama yang mengangkut 13 orang dua hari sebelumnya.
Korban pertama yang ditemukan adalah Muhammad Firdaus (24), jenazahnya ditemukan dalam kondisi mengapung di sekitar Perairan Pulau Tumbu.
Tim SAR Lantamal IV bersama warga segera mengevakuasi jenazah ke Pulau Selat Nenek, Kecamatan Bulang, tempat tinggal keluarganya.
Jenazah kedua diketahui bernama Muhammad Fahri Kurniawan (24). Ia ditemukan di perairan Pulau Panjang, Kelurahan Setokok, Kecamatan Bulang, oleh tim SAR menggunakan kapal Kal Anakonda.
Jenazah kemudian dibawa ke daratan Setokok sambil menunggu kedatangan pihak keluarga dari Belakang Padang.
Sementara jenazah ketiga ditemukan cukup jauh dari lokasi awal kejadian, yakni di Perairan Tanjung Sauh, tepatnya di depan Punggur, Kelurahan Ngenang, Kecamatan Nongsa.
Korban teridentifikasi sebagai Muhammad Padli, setelah pihak keluarga memastikan identitasnya sekitar pukul 11.20 WIB. Jenazah langsung dibawa ke RS Bhayangkara untuk proses lebih lanjut.
Komandan Satuan Kapal Patroli Lantamal IV, Kolonel Laut (P) Tony Priyo, membenarkan penemuan ketiga jenazah tersebut dan memastikan proses evakuasi berjalan lancar.
Speedboat Terbalik Saat Menuju Turnamen Sepak Bola
Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah speedboat tanpa nama yang membawa 13 penumpang mengalami kecelakaan laut pada Rabu siang, 25 Juni 2025.
Speedboat tersebut berangkat dari Selat Nenek menuju Pulau Setokok dengan tujuan mengikuti turnamen sepak bola antar-pulau.
Namun, sekitar 45 menit dalam pelayaran, mesin kapal dilaporkan mati mendadak. Dalam kondisi terombang-ambing di tengah laut, perahu kemudian dihantam gelombang kuat dan akhirnya terbalik.
Hingga hari ini, tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian terhadap penumpang lainnya yang dilaporkan hilang.
Tragedi ini kembali menjadi sorotan atas lemahnya pengawasan transportasi laut antarpulau di wilayah Kepri, terutama kapal-kapal kecil yang beroperasi tanpa nama dan izin resmi.
Tinggalkan Balasan