Tragedi di Jembatan Dompak: Pentingnya Dukungan Mental bagi Mahasiswa yang Tertekan

Ulasfakta – Insiden percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh seorang mahasiswi berinisial Mariyana (22) di Jembatan Dompak, Rabu (12/3/2025), menjadi alarm serius bagi kondisi mental mahasiswa yang mengalami tekanan akademik. Beruntung, nyawanya berhasil diselamatkan oleh seorang nelayan yang kebetulan melintas di bawah jembatan.

Kapolresta Tanjungpinang, Kombes Pol Hamam Wahyudi, mengungkapkan bahwa dugaan sementara penyebab tindakan nekat tersebut adalah frustrasi akademik akibat skripsi yang belum selesai atau revisi yang berlarut-larut.

“Korban diduga mengalami tekanan psikologis hingga akhirnya mengambil keputusan ekstrem. Alhamdulillah, ia berhasil diselamatkan dan sudah mendapat perawatan medis,” kata Hamam, Kamis (13/3/2025).

Dukungan Mental Mahasiswa Masih Minim

Kasus ini mencerminkan tantangan kesehatan mental di kalangan mahasiswa, terutama bagi mereka yang sedang menyelesaikan tugas akhir. Tekanan akademik, tuntutan keluarga, dan ekspektasi sosial sering kali menjadi faktor pemicu stres yang berkepanjangan.

Menurut beberapa mahasiswa di Tanjungpinang, minimnya layanan konseling kampus serta kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental membuat banyak mahasiswa memilih memendam masalah mereka sendiri.

“Skripsi itu memang beban berat, apalagi kalau revisi terus-menerus dan dosennya susah ditemui. Kadang kami merasa sendiri dan tidak tahu harus curhat ke siapa,” ujar salah seorang mahasiswa yang enggan disebutkan namanya.

Perlunya Pendampingan dan Pencegahan

Menanggapi kasus ini, pihak kepolisian akan memberikan pendampingan psikologis kepada Mariyana untuk memastikan kondisinya stabil. Selain itu, Polresta Tanjungpinang berencana meningkatkan pengawasan di lokasi rawan, termasuk Jembatan Dompak, guna mencegah kejadian serupa terulang.

“Kami akan meningkatkan patroli dan bekerja sama dengan pihak kampus serta pemerintah daerah untuk menguatkan layanan konseling bagi mahasiswa,” tambah Hamam.

Selain itu, akademisi dan psikolog menyarankan agar kampus lebih proaktif dalam menyediakan fasilitas konseling, membangun lingkungan akademik yang lebih suportif, serta membuka ruang diskusi antara mahasiswa dan dosen agar tekanan akademik bisa dikelola dengan lebih baik.

“Kesehatan mental harus menjadi prioritas, bukan sekadar urusan pribadi mahasiswa. Kampus, keluarga, dan lingkungan sekitar harus berperan aktif dalam memberikan dukungan,” kata seorang psikolog di Tanjungpinang.

Sikap Peduli Bisa Menyelamatkan Nyawa

Insiden ini menjadi pengingat bahwa setiap individu bisa berperan dalam mencegah tindakan nekat akibat tekanan psikologis. Jika ada teman, saudara, atau rekan yang menunjukkan tanda-tanda stres berat atau depresi, segera ajak bicara dan bantu mencari solusi.

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami krisis emosional, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional atau berbicara dengan orang yang dipercaya. Dukungan kecil bisa menyelamatkan nyawa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *