Ulasfakta – Insiden pengeroyokan terhadap seorang disc jockey (DJ) bernama Stevanie di tempat hiburan malam First Club, Kota Batam, oleh sekelompok Warga Negara Asing (WNA) asal Vietnam, kembali mengundang perhatian publik. Peristiwa ini memicu desakan dari kalangan legislatif untuk memperkuat pengawasan terhadap keberadaan dan aktivitas WNA di Batam.

Anggota Komisi I DPRD Batam, Muhammad Fadhli, menegaskan bahwa sebagai kota industri dan pariwisata dengan arus masuk WNA yang tinggi, Batam memiliki tantangan besar dalam pengawasan orang asing. Menurutnya, penguatan sinergi antarinstansi sangat dibutuhkan agar kejadian serupa tidak terulang.

“Batam ini menjadi rumah bagi banyak WNA, baik sebagai pekerja maupun wisatawan. Pengawasan harus diperkuat karena potensi masalah yang muncul juga meningkat,” ujar Fadhli, Jumat, 20 Juni 2025.

Fadhli menyebut kurangnya koordinasi antar-lembaga menjadi salah satu faktor yang membuat pengawasan terhadap aktivitas WNA belum optimal. Ia menekankan bahwa tanggung jawab ini tidak hanya berada di tangan imigrasi, melainkan juga instansi lain seperti Dinas Tenaga Kerja, aparat penegak hukum, serta masyarakat.

“Harus ada kolaborasi lintas sektor. Kalau ada aktivitas mencurigakan atau pelanggaran, harus segera dilaporkan ke pihak berwenang,” tegasnya.

Lebih lanjut, Fadhli menjelaskan bahwa pintu masuk utama bagi WNA di Batam adalah pelabuhan, yang merupakan titik awal pengawasan oleh imigrasi. Setelah itu, peran Dinas Tenaga Kerja sangat penting dalam memastikan izin kerja dan aktivitas para tenaga kerja asing sesuai regulasi.

Terkait dampak insiden di First Club terhadap sektor investasi dan pariwisata, Fadhli menilai kejadian tersebut belum memberikan pengaruh besar secara umum, meski tetap menjadi catatan penting.

“Selama skalanya terbatas dan terjadi di lokasi tertentu seperti tempat hiburan malam, pengaruhnya belum signifikan. Namun, jika terjadi di ruang publik yang lebih luas, tentu bisa berdampak pada iklim investasi,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa Batam merupakan salah satu destinasi utama wisatawan mancanegara di Indonesia. Oleh karena itu, semua pihak harus menjaga citra dan stabilitas kota agar tetap kondusif.

“Kita termasuk tiga atau empat besar kota dengan kunjungan turis asing terbanyak. Maka kondusivitas harus dijaga bersama,” tutupnya.

Sementara itu, Sekretaris Komisi I DPRD Batam, Anwar Anas, turut menyoroti pentingnya pengawasan terhadap keberadaan dan aktivitas WNA, khususnya yang berpotensi mengganggu keamanan nasional dan lokal. Namun, ia mengingatkan agar pengawasan dilakukan secara proporsional dan tidak kontraproduktif terhadap iklim investasi.

“Banyak dari mereka juga merupakan investor. Maka pengawasan jangan sampai menimbulkan kesan bahwa Batam tidak ramah terhadap pengunjung,” katanya.

Ia menegaskan bahwa pendekatan pengawasan harus dibedakan antara yang bersifat proaktif, protektif, dan represif. Menurutnya, orang asing yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan Batam patut mendapatkan perlakuan khusus.

“Batam adalah kawasan perdagangan bebas yang punya keistimewaan. Tamu yang berkontribusi harus dihargai, tapi tetap dalam batas yang tidak mengancam keamanan kota,” ujar Anwar.

DPRD Batam pun mendorong peningkatan koordinasi lintas lembaga untuk memastikan keseimbangan antara keamanan, keterbukaan, dan daya saing investasi di daerah tersebut.