Menjemput Keadilan: Suara Perempuan di Tengah Ketimpangan

Di negeri yang menjunjung tinggi hukum dan keadilan, suara perempuan seharusnya tidak tenggelam dalam kesunyian terutama saat mereka menjadi korban kekerasan seksual, pencabulan, atau bentuk ketidakadilan lainnya.

Namun kenyataan hari ini masih menunjukkan bahwa banyak perempuan memilih diam. Bukan karena tidak ingin bicara, melainkan karena sistem yang ada belum sepenuhnya aman dan berpihak untuk mendengarkan mereka.

Ketika perempuan menjadi korban, mereka tidak hanya menanggung luka fisik dan batin, tetapi juga sering kali dihadapkan pada stigma, diragukannya kesaksian, bahkan tak jarang disalahkan.

Ironisnya, hal ini justru datang dari lingkungan terdekat, termasuk dari institusi yang seharusnya memberikan perlindungan. Ketimpangan kuasa, budaya patriarki, serta ketidakpekaan aparat penegak hukum menjadikan perjuangan meraih keadilan sebagai perjalanan panjang yang melelahkan.

Meski begitu, di tengah segala keterbatasan dan ketimpangan, suara perempuan tetap menyala sebagai cahaya yang tak bisa dipadamkan.

Setiap kisah yang diungkap dan setiap keberanian yang ditunjukkan adalah bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang telah terlalu lama dibiarkan tumbuh. Kita harus berhenti menyuruh korban untuk diam. Sebaliknya, sudah saatnya kita mendidik masyarakat untuk mendengar, memahami, dan berpihak.

Suaramu berharga,Kisahmu penting,Keadilan adalah hakmu, Jangan biarkan ketakutan mengurungmu dalam luka. Bangkitlah, karena setiap langkahmu menuju keadilan adalah cahaya bagi perempuan lain yang masih terjebak dalam gelap.

Dan bagi kita yang menyaksikan, jangan hanya menjadi penonton. Jadilah pelindung, pendengar, dan penguat. Sebab perubahan besar dimulai dari keberanian kecil untuk berpihak pada kebenaran. Kini saatnya Indonesia menjadi ruang yang aman bagi setiap perempuan untuk bersuara, untuk hidup, dan untuk bebas dari ketakutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *