Harga Santan Naik, Pedagang Daging di Batam Ikut Terdampak

Ulasfakta – Lonjakan harga santan menjelang Ramadan tidak hanya berdampak pada konsumen, tetapi juga mempengaruhi sektor perdagangan lainnya, termasuk penjualan daging di pasar tradisional.

Di Pasar Mitra Raya Batam Centre, sejumlah pedagang daging mengeluhkan turunnya permintaan akibat kenaikan harga santan yang tak stabil. Ian, salah seorang pedagang daging, mengatakan bahwa harga santan yang terus berubah membuat konsumen berpikir ulang sebelum berbelanja.

“Harga pagi lain, harga siang lain. Apalagi pas Lebaran, naiknya bisa dua kali lipat. Orang jadi mikir, lebih baik belanja di tempat lain. Akhirnya, penjualan daging ikut terdampak,” ujar Ian, Selasa (4/3).

Masyarakat yang biasanya membeli santan dalam jumlah besar untuk memasak rendang dan gulai mulai mengurangi belanjaan mereka, yang secara langsung berimbas pada penjualan daging.

Santan Mahal, Konsumen Berhemat

Kenaikan harga santan yang kini mencapai Rp46 ribu per kilogram untuk santan murni dan Rp23 ribu hingga Rp25 ribu per kilogram untuk santan campuran, membuat masyarakat harus berhemat.

Seorang pembeli di pasar, Yuni, mengaku biasanya membeli satu kilogram santan untuk memasak rendang, tetapi kini hanya membeli setengah kilogram.

“Mau nggak mau dikurangi. Kalau harga santan mahal, ya masaknya disesuaikan. Daging juga jadi beli lebih sedikit,” ujarnya.

Kondisi ini turut memengaruhi omzet pedagang daging, terutama menjelang Ramadan yang seharusnya menjadi momen peningkatan penjualan.

Disperindag Batam Cari Solusi

Kepala Bidang Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Batam, Elfasi, mengakui bahwa lonjakan harga santan dipicu oleh peningkatan permintaan yang tinggi saat momen tertentu seperti Ramadan. Namun, ia menegaskan bahwa stok bahan baku santan, yaitu kelapa, masih aman.

“Pasokan kelapa sebenarnya stabil. Tapi ketika permintaan meningkat, stok yang biasanya 5 ton per hari bisa naik jadi 7-8 ton. Itu yang bikin harga naik,” jelas Elfasi.

Untuk mengatasi lonjakan harga dan menjaga stabilitas pasokan, Disperindag Batam tengah menjajaki kerja sama dengan daerah penghasil kelapa seperti Sumatera Barat, Bukittinggi, Payakumbuh, dan Aceh.

“Semakin banyak daerah yang bekerja sama, makin bagus untuk menjaga stok pangan di Batam,” ungkap Elfasi.

Meski demikian, tantangan lain muncul terkait ekspor kelapa ke Singapura yang berpotensi mengurangi pasokan untuk pasar domestik. Disperindag Batam berencana menelusuri lebih lanjut informasi mengenai ekspor ini agar tidak berdampak negatif pada harga di dalam negeri.

Harapan Pedagang dan Konsumen

Baik pedagang maupun konsumen berharap harga santan segera stabil agar daya beli masyarakat kembali normal. Selain itu, mereka juga meminta pemerintah untuk mengawasi distribusi bahan pangan agar tidak terjadi permainan harga di tingkat pedagang besar.

Sementara itu, dengan Ramadan yang semakin dekat, masyarakat mulai menyesuaikan pengeluaran mereka, baik untuk membeli santan, daging, maupun kebutuhan pokok lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *